ekapuspitahandayani

Just another WordPress.com site

Hakikat PKN secara Ontologis, Epistimologis dan Aksiologis

Hakikat PPKN secara ONTOLOGIS

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata kuliah yang sering disebut sebagai civic education, citizenship education dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, tentang system pendidikan nasional, serta surat keputusan Diretur jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pndidikan Nasional nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan tinggi di Indonesia.

Dengan adanya penyempurnaan kurikulum

Hakikat PPKN secara EPISTIMOLOGIS

TEORI DAN LANDASAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Secara historis-epistemologis, Amerika Serikat (USA) dapat dicatat sebagai negara perintis kegiatan akademis dan kurikuler dalam pengembangan konsep dan paradigma “citizenship education” dan “civic education”.Untuk pertama kalinya,yakni pada pertengahan tahun 1880-an di USA mulai diperkenalkan mata pelajaran “Civics” sebagai mata pelajaran di sekolah yang berisikan materi mengenai pemerintahan. Selanjutnya lahir sebutan-sebutan lain seperti civic education dan citizenship education . Istilah-istilah ” civics , dan “civic education”, lebih cenderung digunakan dalam makna yang serupa untuk mata pelajaran di sekolah yang memiliki tujuan utama mengembangkan siswa sebagai warga negara yang cerdas dan baik.

“Citizenship education” lebih cenderung digunakan dalam visi yang lebih luas untuk  menunjukkan “instruktusional effects” dan “nurturant effects” darikeseluruhan proses pendidikan terhadap pembentukan karakter individu sebagaiwarganegara yang cerdas dan baik.Dilihat visi lain perkembangan ” citizenship education” dan “civic education”, dalam kenyataannya secara historis-epistemologis tidak bisa dipisahkan dari perkembangan pemikiran tentang ” social studies/social studies education”, seperti dapat dilihat di USA. Mengenai saling keterkaitan antara “citizenshipeducation ” dan “civic education”  dan “social studie”, pada dasarnya ada dua pandangan utama. Pandangan pertama melihat ” citizenship education” dan “civiceducation” sebagai bagian dari ‘social studies”,dan pandangan kedua melihat “citizenship education dan civic education” sebagai esensi atau intidari ”

social studies”. Sementara itu secara epistemologis, sesungguhnya “Social studies” Mencermati perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia, sampai sejauh ini baik istilah yang dipakai, misi dan isi mata pelajaran “Civics” /Pengetahuan Kewargaan Negara, Pendidikan Kewargaan Negara,Pendidikan Moral Pancasila, dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Pendidikan Kewarganegaraan yang berkembang selama hampir empat dasawarsa (1962-1998) menunjukkan terjadinya inkonsistensi pemikiran yang secara mendasar mencerminkan terjadinya krisis konseptual, yang tentunya berdampak padaterjadinya krisis operasional kurikuler. Keadaan ini mirip dengan situasi yang juga pemah dialami di Amerika Serikat, dimana ”

Civics, Civic Education, Citizenship Education, Social Studies/Social Science Education” sejak kelahirannya tahun1880-an sampai dengan terbitnya dokumen akademis NCSS (1994) ‘Curriculum Standards for Social Studies: Expectations of Excellence” dan dokumen akademis Civitas  (1994)  National Standards for Civics and Government. Tampaknya mereka telah berhasil mengatasi krisis konseptual dan kurikuler. Setidaknya mereka kini telah mencapai suatu konsensus akademis dan programatik yang pada gilirannya akan memandu terjadinya proses kurikulum yang Iebih koheren.

Dalam perkembangannya, Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perubahan-perubahan yang bertujuan untuk memperbaiki isi dan tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Pada awalnya Pendidikan Kewarganegaraan muncul dengan istilah Pendidikan Kewiraan yang mulai berlaku pada tahun ajaran 1973/1974. Kemudian terus mengalami perubahan hingga berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan juga memiliki keterkaitan kurikulum dengan Pendidikan Pancasila, Pendidikan Moral Pancasila dan cabang Pendidikan lainnya.

Pendidikan Kewarganegaraan sudah diajarkan pada tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas  sejak tahun 1969 dengan sebutan kewargaan negara. Kemudian pada tahun 1975 sampai 1984 mengalami perubahan dengan nama Pendidikan Moral Pancasila. Pada tingkat Perguruan Tinggi berganti nama dengan istilah Pendidikan Kewiraan. Pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah bergangi nama dengan nama PPKN. Hingga pada tahun 2003, semua tingkat pendidikan menggunakan nama dan kurikulum yang baru dengan sebutan Pendidikan Kewarganegaraan hingga sampai saat ini. ( UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS ).

Dalam perkembangan Kurikulumnya, Pendidikan Kewarganegaraan beberapa kali diperbaharui. Tahun 2001, materi disusun oleh Lemhannas dengan materi pengantar dengan tambahan materi demokrasi, HAM, lingkungan hidup, bela negara, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan strategi nasional. Kemudian, Tahun 2002, Kep. Dirjen Dikti No. 38/Dikti/Kep/2002 materi berisi pengantar sebagai kaitan dengan MKP, demokrasi, HAM, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan strategi nasional. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) dalam dunia Perguruan Tinggi. Hal ini ditetapkan pada Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/kep/2000 tanggal 10 Agustus, menentukan antara lain:

1.Mata Kuliah PKn serta PPBN merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari MPK.

2.MPK termasuk dalam susunan kurikulum inti PT di Indonesia.

3.ata Kuliah PKn adalah MK wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa pada PT untuk program Diploma/Politeknik, dan Program Sarjana.

 

Hal ini menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sangat dibutuhkan oleh para mahasiswa dalam mengembangkan jati dirinya sebagai warga negara Indonesia yang ikut berpatisipasi dalam membangun bangsa.

 

 

 

Hakikat PPKN secara AKSIOLOGIS

Manfaat dan tujuan dari PPKN

Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI NO.43/DIKTI/Kep/2006, tujuan Pendiidikan Kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi misi dan kompetensi /manfaat sebagai berikut:

Visi Pendidikan Kewarganegaraan diperguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religious, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta terhadap tanah air dan bangsanya.

Misi peendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nillai pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembankan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa bertanggung jawab dan bermoral.

Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi ilmuan dan professional yang memiliki rasa kebanggaan dan cinta terhadap tanah air, demokratis, berkeadaban. Selain itu yang diharapkan agar mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan system nilai pancasila.

Berdasarkan pengertian tersebut maka kompetensi mahasiswa dalam pendidikan tinggi tidak dapat dipisahkan dengan filsafat bangssa.

 

Tinggalkan komentar »

TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI

 

TEORI BELAJAR BRUNER

Seperti kita ketahui bahwa Jerome. S. Bruner yang terkenal dengan pendekatan penemuannya membagi perkembangan intelektual anak dalam tiga kategori yaitu enaktif, ekonik dan simbolik ( Ruseffendi, 1988 ). 

Bila dikaji ketiga model penyajian yang dikenal dengan teori belajar Bruner, dapat diuraikan sebagai berikut:

1.    Model Tahap Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda- benda kongkret (nyata) atau menggunakan situasi yang nyata, pada penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata – kata. Ia akan memahami sesuatu dari berbuat atau melakukan sesuatu

2.    Model Tahap Ekonik

Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan  pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar – gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek – objek yang dimanipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa dalam tahap enaktif.

Tahap ekonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan di presentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery) gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut diatas. Bahasa menjadi lebih penting sebagai suatu media berfikir. Kemudian seseorang mencapai masa transisi dan menggunakan penyajian ekonik yang didasarkan pada penginderaan kepenyajian simbolik yang didasarkan pada berfikir abstrak.

3.    Model Tahap Simbolik

Dalam tahap ini bahasa adalah  pola dasar simbolik, anak memanipulsai simbol – simbol atau lambang – lambang objek tertentu. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Pada tahap simbolik ini pembelajaran dipresentasikan dalam bentuk simbol – simbol abstrak, yaitu simbol – simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang – orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol verbal ( misalnya huruf – huruf, kata – kata, kalimat – kalimat ), lambang – lambang matematika maupun lambang – lambang abstrak yang lain.

Sebagai contoh, dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah, pembelajaran akan terjadi secara optimal jika mula – mula siswa mempelajari hal itu dengan menggunakan benda – benda kongkret ( misalnya menggabungkan 3 kelereng dengan 2 kelereng, dan kemudian menghitung banyaknya kelereng semuanya, ini merupakan tahap enaktif) kemudian, kegiatan belajar dilanjutkan dengan menggunakan gambar atau diagram yang mewakili 3 kelereng dan 2 kelereng yang digabungkan tersebut dan kemudian dihitung banyaknya kelereng semuanya, dengan menggunakan gambar atau diagram tersebut tahap yang kedua ekonik siswa bisa melanjutkan kegiatan itu dengan menggunakan lambang – lambang bilangan, yaitu 3 + 2 = 5 ( tahap simbolik).

 

TEORI BELAJAR DIENES

Pembelajaran berstruktur yang memisahkan hubungan antara struktur dan mengaktegorikan hubungan antar struktur. Yang akan berhasil di pelajari jika dalam tahap – tahap tertentu.
1.    Permainan Bebas ( Free Play )

Anak bermain bebas tanpa diarahkan dengan menggunakan benda – benda matematika kongkret.
2.    Permainan yang Menggunakan Aturan ( Games )

Anak mulai mengamati pola dan ketentuan yang terdapat dalam konsep.

3.    Permainan kesamaan ( Searching for Communalitiess )

Siswa diarahkan untuk menemukan sifat kesamaan dalm permainan yang sudah diikuti.
4.    Peramianan Representasi ( Representation )

Siswa mulai belajar membuat pernyataaan ( reprentasi ) tentang sifat dan kesamaan suatu konsep matematika yang diperoleh dari penelaahan kesamaan sifat.
5.    Permainan dengan Simbolisasi

Siswa perlu menciptakan symbol matematika atau rumusan verbal yang cocok untuk menyatakan konsep yang reprentasinya telah diketahui.

6.    Permainan dengan formalisasi ( Formalition )

Siswa belajar mengorganisasikan konsep – konsep membentuk setara formal, dan harus sampai pada pemahaman sifat, aturuan dan dalil hingga menjadi struktrur dari sistem yang dibahas pada tahap ini berada diluar jangkauna usia SD.

 

TEORI VAN HIELS

Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran geometri’ menurut van hiels adalah sebagai berikut:

Level 0. tingkat visualisasi

Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan komponen- komponen dari masing-masing bangun. Dengan demikian , meskipun pada tingkat ini siswa sudah mengenal nama suatu bangun, siswa belum mengamati cirri-ciri bangun itu. Contoh, siswa tahu suatu bangun bernama persegi panjang, tetapi belum menyadari ciri-ciri bangun persegi panjang tersebut.

Level 1. tingkat analisis

Tingkat ini dikenal sebagai tingkat deskriptif. Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangun-bangun geometri berdasarkan ciri-ciri masing-masing bangun. Dengan kata lain siswa sudah terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut.

 

Level 2. tingkat abstraksi

Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan atau relasional. Pada tingkat ini siswa sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu dengan yang lain pada suatu bangun.

Level 3. tingkat deduksi formal 

Pada tingkat ini siswa sudah memahami pengertian-pengertian pangkal, definisi-definisi, aksioma- aksioma, dan teorema-teorema dalam geometri.

Level 4. tingkat rigor

Tingkat ini disebut juga tingkat matematis. Pada tingkat ini siswa, siswa mampu melakukan penalaran secara formal tentang system matematika ( termasuk system-sistem geometri), tanpa membutuhkan model-model yang konkret sebagai acuan.

Menurut Van Hiele semua anak melalui tahap-tahap tersebut, dengan urutan yang sama, dan tidak dimungkinkan adanya tingkat yang diloncati. Pada proses perkembangan dari tahap yang satu ke tahap berikutnya terutama tidak ditentukan oeh umur atau kematangan biologis, tetapi lebih bergantung pada pengajaran dari guru dan proses belajar yang di lalui siswa.

Tinggalkan komentar »

makalah B.Indonesia (Definisi)

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.Latar Belakang

            Indonesia adalah suatu negara yang multikultur dengan berbagai macam suku, budaya, bahasa dan lain sebagainyaa. Namun Indonesia memiliki Satu Bahasa Kesatuan Yaitu bahasa Indonesia, Meskipun Bangsa Indonesia mempunyai bermacam-macam bahasa daerah, namun Bahasa Bahasa Nasional Negara Indonesia adalah Bahasa Indonesia, yang bisa menjadi alat komunikasi antar Warga Negara Indonesia dari sabang sampai merauke.

            Bahasa indonesia ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari bangsa indonesia karena bahasa Indonesia sangat bermakna bagi Warga Negara Indonesia, karena tidak semu warga Negara Indonesia mengerti bahsa daerah yang sangat banyak jumlahnya, oleh karena itu digunakanlah Bahas Indonesia, agar menjadi suatu cara Berkomunikasi untuk seluruh warga Negaara Indonesia, yang dapat dimengerti oleh setiap warga.

            Pada zaman sekarang, sedikit sekali masyarakat atau remaja yang mengenal bahasa Indonesia secara benar. Kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa komunikasi. Sebenarnya itu adalah kesalahan besar masyarakat kita. Masyarakat tidak bangga dengan bahasa resminya. Mereka lebih bangga dengan bahasa yang telah mereka rusak sendiri. Seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik lebih bangga dengan bahasa resmi kita, tidak dengan bahasa gaul yang telah kita ciptakan sendiri tanpa menggunakan kaidah EYD yang berlaku. Masalah ini telah menjadi masalah yang serius bagi kita, karena sebagai warga negara yang baik, seharusnya mau mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.

             

B.Tujuan

      Makalah ini dibuat bertujuan untuk :

  1. Memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia
  2. Mengetahui tentang Definisi.
  3. Memberikan pemahaman tentang Tujuan Definisi, Jenis Definisi, Teknik Mendefinisikan dan Aturan-aturan Definisi.

 

C. Rumusan Masalah

a. Apa itu Definisi?

      b. Hal apa saja yang terdapat dalam Definisi?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Definisi

Definisi yaitu suatu perumusan yang singkat, padat, jelas dan tepat yang menerangkan “apa sebenarrnya suatu hal itu”, sehingga dapat dengan jelas dimengerti dan dibedakan dari semua hal lain.

Dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa Definisi mempunyai tugas untuk menentukan batas dari suatu pengertian, dengan tepat, jelas dan singkat. Maksudnya, menentukan batas-batas pengertian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampur aduk kan dengan pengertian-pengertian lain, maka definisi yang baik harus memenuhi syarat :

a. Merumuskan dengan jelas, lengkap dan singkat dari semua unsur pokok (isi) pengertian tertentu.

b. Yaitu unsur-unsur yang perlu dan cukup untuk mengetahui apa sebenarnya barang itu (tidak lebih dan tidak kurang).

c. Sehingga dengan jelas dapat dibedakan dari semua barang yang lain.

Setiap definisi harus mempunyai 2 bagian, yaitu :

1. Sesuatu yang akan didefinisikan, yang dikenal dengan istilah definiendum

2. Penjelasan yang menjelaskan sesuatu tersebut, yang dikenal dengan istilah definiens

Contoh : ayah = orang tua laki-laki

Dalam setiap definiens terbagi lagi menjadi dua, yaitu :

a. genera (genus), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah jenis

b. differentia (difference), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah sifat pembeda

Jadi dalam mendefinisikan suatu kata adalah menganalisis jenis dan sifat pembeda yang dikandungnya.  Maka dapat kita lihat bahwa Ayah merupakan definiendum sedangkan orang tua laki-laki adalah definiens, yang bisa kita bedakan menjadi orang tua sebagai genera dan laki-laki sebagai differentia.[1]

B.Tujuan Membuat Definisi

Nicholas Rescher membagi Tujuan membuat Definisi menjadi dua, yaitu :

1.Tujuan Umum

Antara lain :

a. Memfasilitasi komunikasi dengan membantu proses komunikasi yang berlangsung menjadi        sederhana dan lebih tepat, atau dengan kata lain mempersingkat ekspresi suat pernyataan yang panjang dan kompleks sifatnya. Contoh : WHO, singkatan dari World Health Organization.

b. Definisi dibuat untuk memperkenalkan kata baru dalam bahasa.

c. Definisi juga dapat memberikan suatu arti baru terhadap kata yang sudah lama, contoh : kata ‘Bibi’, dahulu dudefinisikan sebagai adik kandung ayah atau ibu perempuan, namun saat ini bisa mempunyai arti pembantu rumah tangga.

d. Definisi adalah suatu cara yang terbaik dan paling efektif untuk menjamin ketepatan dan  kebenaran dari penggunaan kata tersebut.

 

2. Tujuan Khusus

terdiri dari :

a. Definisi yang tepat (Precising definition), yaitu definisi yang biasa digunakan dalam bahasa mempunyai arti dan tujuan khusus, contoh : Dewasa adalah orang yang berusia 21 tahun keatas, dan definisi ini berimplikasi atau mempunyai tujuan khusus pada penetapan hukuman dalam peradilan.

b. Definisi yang bersifat teoritis (Theoritical definition), Definisi ini tidak saja merupakan penjelasan sederhana dari suatu kata tetapi juga merupakan suatu penjelasan yang bersifat teoritis yang didapat dari ilmu pengetahuan/ penelitian dan juga kehidupan sehari-hari.

 

Irving M Copi, menjelaskan ada 5 tujuan membuat definisi, yaitu :

1. Menambah Perbendaharaan Kata

Karena bahasa merupakan suatu instrumen yang rumit dan terus berkembang maka dimungkinkan satu kata akan berkembang mempunyai arti baru atau suatu kejadian akan menimbulkan suatu istilah baru yang memperkaya perbendaharaan bahasa.

2. Menghilangkan Kerancuan atau Ambiguitas

Hal ini penting karena dengan menggunakan suatu kata yang rancu nantinya akan mengakibatkan argumen yang dikeluarkan juga menjadi rancu.

3. Memperjelas Arti Suatu Kata

Dengan membuat definis maka kita tidak akan ragu-ragu lagi dalam menggunakan kata yang bersangkutan sehingga argumen yang dikeluarkan akan tepat dan benar.

4. Menjelaskan Secara Teoritis

Definisi dibuat untuk menjelaskan teori yang didapat dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Contoh : H2O adalah unsur kimia untuk air

5. Mempengaruhi Tingkah Laku

Sering definis dibuat untuk mempengaruhi pikiran, perbuatan atau mengendalikan emosi seseorang.

Contoh : Kejujuran, adalah kelurusan hati, perbuatan baik. Dengan membaca kata kejujuran orang dapat dipengaruhi untuk menjadi orang jujur.[2]

 

C.Jenis-jenis Definisi

Menurut Alex Lanur, Poespoprodjo dan Nicholas Rescher secara garis besar jenis definisi dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Definisi Nominal (Nominal Definition or Stipulative Definition)

Suatu jenis definisi yang baru sama sekali atau memberikan suatu arti baru pada kata yang sudah lama ada. Dan definisi ini merupakan suatu cara untuk menjelaskan sesuatu dengan menguraikan arti katanya. Contoh : Madrasah adalah sekolah agama bagi orang muslim.

Dalam Definisi Nominal dapat dinyatakan dalam 3 cara, yaitu :

a. Definisi dapat diuraikan dari asal-usulnya (etimologi), contoh : Filsafat, yaitu dari Philos yang berarti pencinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan jadi arti Filsafat adalah Pencinta Kebijaksanaan

b. Namun tidak semua bisa dilakukan dengan cara etimologi, maka supaya jelas definisi nominal ini harus dilengkapi keterangan tentang bagaimana definisi ini telah digunakan dalam masyarakat.

c. Dapat dinyatakan dengan menggunakan sinonim

2. Definisi Riil (Real Definition or Lexical Definition)

Mendefinisikan kata yang sudah umum digunakan, biasanya yang terdapat dalam kamus bahasa. Definisi Riil dapat dibedakan dalam 4 jenis definisi, yaitu :

a. Definisi Hakiki, definisi yang sungguh-sungguh menyatakan hakekat sesuatu, atau suatu pengertian yang abstrak yang hanya mengandung unsur pokok yang sungguh-sungguh perlu untuk memahami suatu golongan yang tertentu dan untuk membedakannya dari semua golongan yang lain, sehingga sifat golongan itu tidak termasuk dalam hakekat sesuatu itu. Contoh : Burung Merpati dan Burung Layang dapat dibedakan

b. Definisi Deskriptif, definisi ini menggunakan ciri khas sesuatu yang akan didefinisikan. Ciri khas adalah ciri yang selalu dan tetap terdapat pada setiap benda yang tertentu, contoh : cinta kasih itu sabar, cinta kasih itu murah hati, tidak memegahkan diri, tidak angkuh, tidak lekas marah, tidak mementingkan diri sendiri, suka akan kebenaran.

c. Definisi Final atau definisi yang menunjukkan maksud dan tujuan sesuatu, contoh : arloji adalah suatu alat untuk menunjukkan waktu yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimasukkan dalam saku atau diikat di lengan.

d. Definisi Kausalitas, yaitu definisi yang menunjukkan sebab akibat, contoh : gerhana bulan terjadi karena bumi berada diantara bulan dan matahari.

Namun Nicholas Rescher menambahkan dengan definisi yang ia sebut sebagai “Loaded” Definition. Definisi ini tidak menjelaskan arti dari suatu kata dengan sederhana atau mudah, tetapi dalam memberikan definisi ditambahkan suatu pernyataan yang mengevaluasi pernyataan sebelumnya, contoh : Anarki adalah suatu ideologi negara yang menganut sistem kerajaan dan dalam sistem ini fungsi pemerintahan tidak dibutuhkan dan tidak diinginkan.

Irving M Copi, mengatakan bahwa ada 5 jenis definisi, yang kesemuanya mengacu dari 5 tujuan dibuatnya definisi, yaitu :

  1. Definisi Stipulatif, penjelasannya sama dengan definisi nominal diatas.
  2. Definisi Lexical, penjelasannya pun sama dengan definisi riil.
  3. Definisi Ketepatan (Precising Definition), definisi dibuat dan dapat menimbulkan definisi baru sehingga harus benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi kerancuan.
  4. Definisi Teoritis, definisi yang muncul u\dalam rangka mengusulkan agar teori yang ditemukan diterima dengan mudah oleh masyarakat.
  5. Definisi Persuasif, yaitu suatu definisi yang dibuat untuk mempengaruhi pikiran, tingkah laku dan emosi orang yang membaca dan mendengarnya.[3]

D.Teknik Mendefinisikan

Ada 8 teknik yang dikemukakan oleh Nicholas Rescher, yaitu :

1. Enumerative Definition, yaitu suatu teknik pendefinisian dengan cara memberikan daftar lengkap dari setiap bagian kata yang didefinisikan, contoh : Propinsi di Indonesia adalah DI Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, (dan seterusnya sampai propinsi terakhir) Kelemahan dari teknik ini adalah :

  1. Kata yang tidak dapat kita temukan generanya
  1. Kata yang tidak dapat kita temukan differentianya
  2. Kata yang tidak dapat ditangkap maksudnya kecuali bila dihubungkan dengan kata lain, seperti : dan, atau , yang dan sebagainya
  3. Karena memiliki sifat kesendirian yang tidak terbatas sehingga tidak ditemukan sifat pembedanya

2. Ostensive Definition, definisi dibuat dengan mengungkapkan perwakilan dari bagian kata yang didefinisikan, contoh : Pahlawan bangsa adalah orang yang gugur dalam membela dan mempertahankan kedaulatan bangsa sepeti Gajah Mada, Diponegoro, Ahmad Yani

3. Dengan metode Genus dan Difference, Yaitu definisi dengan memperhatikan genus dan difference, contoh : manusia adalah mahluk simbol (mahluk adalah genus sedangkan simbol adalah difference)

4. Genetic Definition, definisi dibuat dengan memaparkan organisasi atau unsur-unsur pembangun kata yang didefinisikan, contoh Ayam bekisar adalah hasil perkawinan silang antara ayam hutan dengan ayam kampung.

5. Constructive Definition,definisi yang dibuat dengan mengungkapkan instruksi atau perintah , seperti mendefinisikan pesawat terbang kertas, penjelasannya dapat diberikan dengan mengacu bagaimana pesawat terbang kertas itu dibuat.

6. Operational Definition,Definisi yang dibuat berdasarkan serangkaian percobaan yang dapat menentukan cocok atau tidaknya kata itu dalam kasus yang khusus sifatnya.

7. Synonymous Definition,defini yang dibuat dengan menacu pada definiendum yang sama, contoh : laki-laki adalah pria

8. Abbreviative Definition, Definisi yang dibuat dengan menjelaskan kepanjangan, simbol dari definiendum, contoh : INA adalah Indonesia, yth adalah yang terhormat.[4]

E. Aturan-aturan Definisi

Definisi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Definisi tidak boleh membentuk lingkaran, atau dengan kata lain apa yang didefinisikan tidak boleh masuk ke dalam definisi. Contoh : Logika adalah ilmu yang menerangkan hukum logika

2. Definis tidak boleh terlalu luas dan terlalu sempit, contoh : Merpati adalah burung yang dapat terbang (terlalu luas) dan Kursi adalah tempat duduk yang terbuat dari kayu (terlalu sempit)

3. Definisi harus mengacu pada atribut esensial yang dimiliki atau terdapat dalam definiendum, contoh : sepatu tidak dapat didefinisikan hanya dengan menyebutkan bentuk dan bahan pembuatnya tetapi juga harus diungkapkan kegunaannya.

4. Definisi harus jelas, harus menghindari kerancuan dan kesamar-samaran, contoh : kehidupan adalah sepotong keju atau aluminium adalah satu tipe besi yang ringan.

5. Definisi harus literal, definisi yang diberikan biasanya tidak sesuai dengan definiendumnya kurang lengkap informasinyasehingga definiens tidak mencerminkan definiendum, contoh : Anjing adalah sahabat manusia

6. Definisi tidak boleh dalam bentuk kalimat negatif, contoh : Keindahan adalah suatu keadaan yang tidak jelek.

7. Definisi harus dievaluasi senetral mungkin, ini ada kaitannya dengan “Loaded” Definition.

8. Definisi yang dibuat harus teris konsisten dengan definisi yang sudah berlaku, contoh :ramada adalah rumah yang tidak berdinding, sedangkan definisi rumah adalah bangunan kecil, dan bangunan adalah suatu struktur yang ditutup dengan dinding dan atap, jadi ramada adalah rumah yang tidak berdinding tidak konsisten.

9. Definisi harus dapat dibolak-balikkan dengan hal yang didefinisikan, contoh : Perempuan adalah wanita, dan wanita adalah perempuan.[5]

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dalam pembahasan makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam makalah ini membahas tentang Definisi. Definisi mempunyai tugas untuk menentukan batas dari suatu pengertian, dengan tepat, jelas dan singkat. Maksudnya, menentukan batas-batas pengertian tertentu sehingga jelas apa yang dimaksud, tidak kabur dan tidak dicampur aduk kan dengan pengertian-pengertian lain.

            Didalam membuat Definisi terdapat tujuan khusus dan tujuan umum, kemudian definisi mempunyai jenis-jenisnya diantaranya, Definisi Nominal dan Definisi Riil, kemudia dalam Definisi terdapat Teknik dalam mendefinisikan diantaranya Enumerative Definition, Ostensive Definition, metode Genus dan Difference, Constructive Definition, Operational Definition, Abbreviative Definition, Synonymous Definition. Kemudian dalam definisi terdapat pula Aturan-aturan Definisi diantaranya yaitu yang didefinisikan tidak boleh masuk ke dalam definisi, Definis tidak boleh terlalu luas dan terlalu sempit, Definisi harus mengacu pada atribut esensial yang dimiliki, Definisi harus jelas, Definisi harus literal, Definisi tidak boleh dalam bentuk kalimat negative, Definisi harus dievaluasi senetral mungkin, Definisi yang dibuat harus terus konsisten dengan definisi yang sudah berlaku, Definisi harus dapat dibolak-balikkan dengan hal yang didefinisikan. Macam-macam dari pembahasan makalah ini mempunyai fungsi yang bermacam-macam pula, tetapi saling berkaitan dan mendukung terciptanya bahasa Indonesia yang baik.

 

B.Saran

Dari pembahasan yang telah di buat dalam Karya Ilmiah tentang Definisi ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Alangkah baiknya selain mempelajari teori-teori yang ada di dalam Bahasa Indonesia dapat di terapkan pula dalam kehidupan sehari-hari, salah satu contohnya yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia ketika dalam acara-acara formal dalam setiap pertemuan.

DAFTAR PUSTAKA

Ansyoriah, Siti. dkk. 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia.  Jakarta: Laboratorium Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta.

 

HS, Widjono. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Grassindo.

 

http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/04/08/definisi/

 

 


[1] Siti Ansyoriah, Bahan Ajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia, (Jakarta : Laboratorium Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta, 2008) , hlm 143

 

[2] Widjono, HS, Bahasa Indonesia, (Jakarta :PT. Grassindo, 2005), hlm 67

[3] Arif, definisi,  (Jakarta : http://staff.blog.ui.ac.id, 2010) hlm 4

 

[4] Siti Ansyoriah, Bahan Ajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia, (Jakarta : Laboratorium Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta, 2008) , hlm 150

 

[5] Widjono, HS, Bahasa Indonesia, (Jakarta :PT. Grassindo, 2005), hlm 73.

 

Tinggalkan komentar »

Pengertian Pembalajaran, Pengajaran, Pemelajar dan peembelajar

PEMBAHASAN

I.Pengertian Pembelajaran, Pengajaran, pemelajar dan pembelajar

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)  ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Maka dari itu Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

b. Pengertian Pengajaran

Istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction atau “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal.

1

Dengan kata lain bahwa Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, 1997). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.

c. Pengertian Pemelajar

Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran.

d. Pengertian Pembelajar

Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.[1]

II.Membedakan Antara Pengajaran dan Pembelajaran

Perbedaan antara istilah “pengajaran” (teaching) dan “pembelajaran” (instruction) bisa diamati pada table dibawah ini.

 

No. Pengajaran Pembelajaran
1. Dilaksanakan oleh mereka yang berprofesi sebagai pengajar Dilaksanakan oleh mereka yang dapat membuat orang belajar
2. Tujuannya menyampaikan informasi kepada si belajar Tujuannya agar terjadi belajar pada siswa/siswi belajar
3. Merupakan salah satu penerapan strategi pembelajaran Merupakan cara untuk mengembangkan rencana yang teroganisir untuk keperluan belajar
4. Kegiatan belajar berlangsung bila adaa guru/pengajar Kegiatan belajar dapat berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru

 

 

Dari pengertian serta table diatas maka dapatlah dikatakan bahwa istilah “pembelajaran” (instruction) lebih luas dari pada “pengajaran” (teaching). Pembelajaran harus menghasilkan belajar pada peserta didik dan harus dilakukan suatu perencanaan yang sistematis, sedangkan mengajar hanya salah satu penerapan strategi pembelajaran diantara strategi-strategi pembelajaran yang lain dengan tujuan utamanya menyampaikan informasi kepada peserta didik. Kalau diperhatikan, pernedaan kedua istilah ini bukanlah hal yang sepele, tetapi telah menggeser paradigma pendidikan, dari yang semula (teacher~centered) kepada (student~centered). Kegiatan pendidikan yang semula lebih berorientasi pada “mengajar” (guru yang lebih banyak berperan) telah berpindah kepada konsep “pembelajaran” (merencanakan kegiatan-kegiatan yang orientasinya kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya).[2]

 

III.Prinsip – Prinsip Pembelajaran

Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Selain itu akan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara memberikan dasar-dasar teori untuk membangun system intruksional yang berkualitas tinggi.

a. Prinsip Pembelajaran menurut Gagne dan Atwi Suparman

–    Prinsip Pembelajaran menurut Gagne

Dalam buku Condition of Learning, (Gagne,1997) mengemukakan Sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut.

  1. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat siswa dengan memngemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks.
  2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objektivies): memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.
  3. Mengingatkan konsep/ prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning): merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi persyaratan untuk mempelajari materi yang baru.
  4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
  5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses atau alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
  6. Memperoleh kinerja / penampilan siswa (eliciting performance): siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
  7. Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
  8. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberiikan tes / tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa mengetahui tujuan pembelajaran.
  9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktikkan apa yang telah dipelajari.

 

–    Prinsip Pembelajaran menurutAtwi Suparman

Beberapa prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran fillbeck (1974), sebagai berikut:

  1. Respons-respons baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons yang terjadi sebelumnya. Implikasinya adalah perlunya pemberian umpan balik positif dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari siswa, siswa harus aktif membuat respons, tidak hanya duduk diam dan mendengarkan saja.
  2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga dibawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa. implikasinya adalah perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada siswa sebelum pelajaran dimulai agar siswa bersedia belajar lebih giat.

 

4

Juga penggunaan berbagai metode dan media agar dapat mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar.

  1. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan implikasinya adalah pemberian isi pembelajaran yang berguna pada siswa di dunia luar ruangan kelas dan memberikan balikan (feedback) berupa penghargaan terhadap keberhasilan mahasiswa. Juga siswa sering diberikan latihan dan tes agar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru di kuasainya sering di munculkan pula.
  2. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan di transfer kepada situasi lain yang terbatas pula.implikasinya adalah pemberian kegiatan belajar kepada siswa yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata. Juga penyajian isi pembelajaran perlu diperkaya dengan penggunaan berbagai contoh penerapan apa yang telah dipelajarinya. Penyajian isi pembelajaran perlu menggunakan berbagai media pembelajaran seperti gambar, diagram, film, rekaman audio/ video, computer, serta berbagai metode pembelajaran seperti stimulasi, dramatisasi dan lain sebagainya.
  3. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah. Implikasinya adalah perlu digunakan secara luas bukan saja contoh-contoh yang positif, tetapi juga yang negative.
  4. Situasi mentl siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatia dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar. Implikasinya adalah pentingnya menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi pembelajaran, antara lain dengan menunjukkan apa yang akan dikuasai siswa setelah selesai proses belajar, bagaimana menggunakan apa yang dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana prosedur yang harus diikuti atau kegiatan yang harus dilakukan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran dan sebagainya.
  5. Kegiatan belajar yang di bagi menjadi langkah-langkah kecil dan di sertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.

 

5

Implikasinya adalah guru harus menganalisis pengalaman belajar siswa menjadi kegiatan-kegiatan kecil, disetai latihan dan balikan terhadap hasilnya.

  1. Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model.implikasinya adalah penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada siswa seperti model, realia, film, program video, computer, drama, demonstrasi dan lain-lain.
  2. Keterampilan tingkatt tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana. Imlikasinya adalah tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional. Demonstrasi atau model yang digunakan harus di rancang agar dapat menggambarkan dengan jelas komponen-komponen yang termasuk dalam perilaku / keterampilan yang kompleks itu.
  3. Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bil siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya. Urutan pembelajaran harus dimulai dari yang sederhana secara bertahap menuju kepada yang lebih kompleks kemajuan siswa alam menyelesaikan pembelajaran harus di informasikan kepadanya.
  4. Perkembangan dan kecepatan siswa sangat bervariasi, da yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat. Implikasinya adalah pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasyarat sebelum mempelajari materi ppembelajaran selanjutnya, siswa mendapat kesempatan maju menurut kecepatannya masing-masing.
  5. Dengan persiapn, siswa dapt mengembangkan kemampuan mengorganisasi kegiatannya sendiri dan meniimbulan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Impliikasinya adalah pemberian kemungkinann bagi siswa untuk memilih waktu, cara dan sumber-sumber disamping yang telah ditentukan, agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan pembelajaraan
    1. Memperoleh kinerja / penampilan siswa (eliciting performance): siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
    2. Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
    3. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberiikan tes / tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa mengetahui tujuan pembelajaran.
    4. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktikkan apa yang telah dipelajari.

     

    –    Prinsip Pembelajaran menurutAtwi Suparman

    Beberapa prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran fillbeck (1974), sebagai berikut:

    1. Respons-respons baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons yang terjadi sebelumnya. Implikasinya adalah perlunya pemberian umpan balik positif dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari siswa, siswa harus aktif membuat respons, tidak hanya duduk diam dan mendengarkan saja.
    2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga dibawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa. implikasinya adalah perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada siswa sebelum pelajaran dimulai agar siswa bersedia belajar lebih giat.

     

    4

    Juga penggunaan berbagai metode dan media agar dapat mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar.

    1. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan implikasinya adalah pemberian isi pembelajaran yang berguna pada siswa di dunia luar ruangan kelas dan memberikan balikan (feedback) berupa penghargaan terhadap keberhasilan mahasiswa. Juga siswa sering diberikan latihan dan tes agar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru di kuasainya sering di munculkan pula.
    2. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan di transfer kepada situasi lain yang terbatas pula.implikasinya adalah pemberian kegiatan belajar kepada siswa yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata. Juga penyajian isi pembelajaran perlu diperkaya dengan penggunaan berbagai contoh penerapan apa yang telah dipelajarinya. Penyajian isi pembelajaran perlu menggunakan berbagai media pembelajaran seperti gambar, diagram, film, rekaman audio/ video, computer, serta berbagai metode pembelajaran seperti stimulasi, dramatisasi dan lain sebagainya.
    3. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah. Implikasinya adalah perlu digunakan secara luas bukan saja contoh-contoh yang positif, tetapi juga yang negative.
    4. Situasi mentl siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatia dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar. Implikasinya adalah pentingnya menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi pembelajaran, antara lain dengan menunjukkan apa yang akan dikuasai siswa setelah selesai proses belajar, bagaimana menggunakan apa yang dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana prosedur yang harus diikuti atau kegiatan yang harus dilakukan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran dan sebagainya.
    5. Kegiatan belajar yang di bagi menjadi langkah-langkah kecil dan di sertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.

     

    5

    Implikasinya adalah guru harus menganalisis pengalaman belajar siswa menjadi kegiatan-kegiatan kecil, disetai latihan dan balikan terhadap hasilnya.

    1. Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model.implikasinya adalah penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada siswa seperti model, realia, film, program video, computer, drama, demonstrasi dan lain-lain.
    2. Keterampilan tingkatt tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana. Imlikasinya adalah tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional. Demonstrasi atau model yang digunakan harus di rancang agar dapat menggambarkan dengan jelas komponen-komponen yang termasuk dalam perilaku / keterampilan yang kompleks itu.
    3. Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bil siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya. Urutan pembelajaran harus dimulai dari yang sederhana secara bertahap menuju kepada yang lebih kompleks kemajuan siswa alam menyelesaikan pembelajaran harus di informasikan kepadanya.
    4. Perkembangan dan kecepatan siswa sangat bervariasi, da yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat. Implikasinya adalah pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasyarat sebelum mempelajari materi ppembelajaran selanjutnya, siswa mendapat kesempatan maju menurut kecepatannya masing-masing.
    5. Dengan persiapn, siswa dapt mengembangkan kemampuan mengorganisasi kegiatannya sendiri dan meniimbulan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Impliikasinya adalah pemberian kemungkinann bagi siswa untuk memilih waktu, cara dan sumber-sumber disamping yang telah ditentukan, agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan pembelajaraan

     

     

    1. Memperoleh kinerja / penampilan siswa (eliciting performance): siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
    2. Memberikan balikan (providing feedback): memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
    3. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberiikan tes / tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa mengetahui tujuan pembelajaran.
    4. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktikkan apa yang telah dipelajari.

     

    –    Prinsip Pembelajaran menurutAtwi Suparman

    Beberapa prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran fillbeck (1974), sebagai berikut:

    1. Respons-respons baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respons yang terjadi sebelumnya. Implikasinya adalah perlunya pemberian umpan balik positif dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari siswa, siswa harus aktif membuat respons, tidak hanya duduk diam dan mendengarkan saja.
    2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga dibawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa. implikasinya adalah perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada siswa sebelum pelajaran dimulai agar siswa bersedia belajar lebih giat.

     

    4

    Juga penggunaan berbagai metode dan media agar dapat mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar.

    1. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan implikasinya adalah pemberian isi pembelajaran yang berguna pada siswa di dunia luar ruangan kelas dan memberikan balikan (feedback) berupa penghargaan terhadap keberhasilan mahasiswa. Juga siswa sering diberikan latihan dan tes agar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru di kuasainya sering di munculkan pula.
    2. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan di transfer kepada situasi lain yang terbatas pula.implikasinya adalah pemberian kegiatan belajar kepada siswa yang melibatkan tanda-tanda atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata. Juga penyajian isi pembelajaran perlu diperkaya dengan penggunaan berbagai contoh penerapan apa yang telah dipelajarinya. Penyajian isi pembelajaran perlu menggunakan berbagai media pembelajaran seperti gambar, diagram, film, rekaman audio/ video, computer, serta berbagai metode pembelajaran seperti stimulasi, dramatisasi dan lain sebagainya.
    3. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah. Implikasinya adalah perlu digunakan secara luas bukan saja contoh-contoh yang positif, tetapi juga yang negative.
    4. Situasi mentl siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatia dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar. Implikasinya adalah pentingnya menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi pembelajaran, antara lain dengan menunjukkan apa yang akan dikuasai siswa setelah selesai proses belajar, bagaimana menggunakan apa yang dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana prosedur yang harus diikuti atau kegiatan yang harus dilakukan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran dan sebagainya.
    5. Kegiatan belajar yang di bagi menjadi langkah-langkah kecil dan di sertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.

     

    5

    Implikasinya adalah guru harus menganalisis pengalaman belajar siswa menjadi kegiatan-kegiatan kecil, disetai latihan dan balikan terhadap hasilnya.

    1. Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model.implikasinya adalah penggunaan media dan metode pembelajaran yang dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada siswa seperti model, realia, film, program video, computer, drama, demonstrasi dan lain-lain.
    2. Keterampilan tingkatt tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana. Imlikasinya adalah tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang operasional. Demonstrasi atau model yang digunakan harus di rancang agar dapat menggambarkan dengan jelas komponen-komponen yang termasuk dalam perilaku / keterampilan yang kompleks itu.
    3. Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bil siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya. Urutan pembelajaran harus dimulai dari yang sederhana secara bertahap menuju kepada yang lebih kompleks kemajuan siswa alam menyelesaikan pembelajaran harus di informasikan kepadanya.
    4. Perkembangan dan kecepatan siswa sangat bervariasi, da yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat. Implikasinya adalah pentingnya penguasaan siswa terhadap materi prasyarat sebelum mempelajari materi ppembelajaran selanjutnya, siswa mendapat kesempatan maju menurut kecepatannya masing-masing.
    5. Dengan persiapn, siswa dapt mengembangkan kemampuan mengorganisasi kegiatannya sendiri dan meniimbulan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar. Impliikasinya adalah pemberian kemungkinann bagi siswa untuk memilih waktu, cara dan sumber-sumber disamping yang telah ditentukan, agar dapat membuat dirinya mencapai tujuan pembelajaraan

    melihat prinsip pembelajaran yang telah di uraikan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam pembelajaran merupakan pekerjaan yang kompleks, namun biila dilakukan dengan seksama diharapkan dapat tercipta kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien.[3]

 

 

 

 


[1]Blog WordPress.com

[2] Eveline Siregar, “Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010) hlm 13 dan 14.

[3] Eveline Siregar, “Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010) hlm 14, 15, 16, dan 17.

 

Tinggalkan komentar »

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.
1 Komentar »